Kecipir adalah spesies menahun tetapi dapat ditanam selama tujuh atau delapan bulan dalam tipe pergiliran. Beberapa varietas merupakan tipe yang fotoperiodik dan harus diperhatikan saat memilih varietas yang akan berbunga dengan baik. Kecipir menghasilkan bintil yang banyak sekali dimanapun ditanam dan mungkin ini adalah faktor yang menentukan tingginya kandungan protein pada kecipir. Tanaman ini juga dapat diusahakan sebagai tanaman menahun pada ketinggian yang lebih tinggi.
Budidaya
Kecipir dipelihara pada para-para kerangka A dengan cara yang sama seperti pada kacang panjang dan buncis. Aspek terpenting yang perlu diperhatikan dalam budidayanya adalah pemupukan, karena dapat berubah-ubah menurut varietas yang ditanam. Pada varietas berdaun lebat tidak diperlukan pupuk kandang, tetapi pupuk kimia dengan dosis sebagai berikut: 200 kg pupuk majemuk 12:12:17:2 + UM, 200 kg urea, 200 kg KCl, 200 kg fosfat (fosfat dapat digunakan pada tanah dengan pH di bawah 5) dan 100 kg kiserit per hektar, yang dibagi dalam dosis bulanan diberikan mulai saat tanam sampai bulan kelima.
Untuk tipe berdaun jarang anjurannya sebagai berikut: 20 ton/ha pupuk organik, 200 kg pupuk majemuk, 200 kg urea, 200 kg KCl, 200 kg fosfat, dan 100 kg kiserit per hektar diberikan dalam bagian dosis seperti di atas.
Pemberian air hanya perlu satu atau dua kali seminggu pada tanah dengan jeluk perakaran yang baik dan dalam. Tanaman ini sama sekali tidak toleran terhadap genangan air. Semua bagian tanaman dapat dimakan, termasuk akar dan daunnya.
Perlindungan Tanaman
Karat palsu (Synchytrium psophocarpi) adalah penyakit yang tersebar luas, tetapi beberapa bahan tanaman yang resisten telah ditemukan di Indonesia; fungisida tembaga akan menolong tetapi tidak dapat mengendalikannya secara penuh. Suatu penyakit daun serius adalah Pseudocercospora psophocarpi, tetapi hingga saat ini masih terbatas di Timur Jauh; fungisida dengan spektrum lebar dapat mengendalikannya. Penyakit busuk leher akar (Thanatephorus cucumeris) dapat merusak tanaman semai jika pengatusannya jelek. Benih harus diberi perlakuan denggan Thiram. Senyawa merkuri jangan digunakan pada legum karena akan membunuh Rhizobium spp..
Hama yang menyerang tanaman ini diantaranya Lalat buncis dapat merusak tanaman semai, ulat buah dan penggerek polong (Maruca testualis), kutu afid, kutu laba-laba dan kutu perisai. Pada sistem pertanian subsisten biasanya tidak diperlukan pengendalian, tetapi di pertanian sayuran komersial, pengendalian dengan bahan kimia akan menguntungkan. Nematoda bintil akar juga akan berat jika dibiarkan.
(Sumber foto: sallopesphotography.com) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar